Widget HTML #1

Setan dari Gunung Deiyai

Setan dari Gunung Deiyai
Terlihat gunung Deiyai di atas danau Tigi.

Cerita rakyat dari Mee tentang setan dari gunung Deiyai, cerita ini lalunya hanya lisan yang biasanya di ceritakan oleh orang-orangtua kepada anak-anaknya saat bersantai namun kini buat dalam bentuk tulisan agar orang lain juga dapat membaca.

Zaman dahulu di daerah Tigi Barat (Deiyai) hiduplah sekelompok orang. Suatu ketika mereka di ajak untuk menghadiri pesta rakyat atau “Yuwo nai” dalam bahasa Mee, sehingga semua orangtua yang berada di daerah ini pergi ke pesta tersebut sehingga yang ada di rumah hanya anak-anak kecil dan seorang ibu yang sedang hamil.

Melihat keadaan rumah yang telah sunyi salah satu dari anak yang di tinggalkan itu merasa kesepian di rumah sehingga ia menangis, anak ini benar-benar ingin bertemu orangtua jadi dia menangis tanpa henti mulai sore hingga larut malam ketika ia bangun pagipun lanjut menangis sampai malam berikutnya.

Suara tangisan anak laki-laki itu kedengaran hingga ke telinga setan yang berdiam di gunung Deiyai yang letaknya di sebelah utara dari tempat anak itu berada. Dengan demikian, setan itu bermaksud ingin mengambil anak yang semalam menangis terus ini sehingga dia membawa sebuah noken besar lalu menuju kearah datangnya suara menangis anak itu. Setan dari gunung Deiyai ini berjalan sampai di tepi danau tigi dekat Gakokebo (sebuah kampung di Deiyai) kemudian ia mulai naik perahu dan berdayung ke arah selatan yaitu ke tempat dimana anak itu sedang menangis. Sesudah tiba di pinggir danau bagian selatan perahu itu di sandarkan di tepi danau setelah itu setan itupun berjalan menuju ketempat anak itu menangis. Sesampai disana ia membuka pintu dan melihat banyak anak yang sedang tiduran tanpa orangtua mereka sehingga setan dari gunung Deiyai itu memasukan anak-anak itu bersama dengan perempuan yang hamil itu ke dalam noken satu persatu dan yang paling terakhir anak yang menangis itu.

Selanjutnya setan itu membawa anak-anak kecil bersama ibu hamil itu menuju kearah danau tempat di sandarkannya perahu, sebentara dalam perjalanan dengan memikul Noken yang berat setan itu licin sehingga anak penangis yang di mulut noken itu terlepas lalu terkait pada duri rotan kejadian ini tidak di ketahui oleh setan itu, sehingga setan dari gunung Deiyai ini hanya sibuk memikul yang lain sampai ke gunung Deiyai setelah melalui danau Tigi.

Anak yang lolos dari dalam noken ini pulang ke rumah nya sehingga ketika ia tiba anak ini bertemu dengan orangtuanya yang sedang pulang dari pesta yuwo, kemudian ia menceritakan semua yang terjadi dengan dia dan semua teman-teman lainnya bersama ibu hamil itu kepada penduduk di kampung itu sehingga mereka semua merasa sedih dengan peristiwa ini kemudian mereka mulai lebih menaruh perhatian mereka kepada anak-anak yang masih ada.

Anak yang terkait di duri pohon rotan ini kemudian di sebut oleh orang-orang sekitarnya “Dogopia” yang artinya “pohon duri” untuk menunjukan jika ia selamat karena ada pohon duri kemudian keturunan dari anak ini di namakan “Dogopia” kini dogopia menjadi salah satu marga besar yang tersebar di daerah Meeuwo.

Ini adalah cerita rakyat yang biasa di ceritakan orangtua kepada anak-anaknya ketika menangis.